Berita

Julie Sutrisno Ajak Penenun NTT Tumbuhkan Mental Pengusaha

JAKARTA (22 September): Anggota DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Julie Sutrisno Laiskodat mengajak penenun tradisional Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk menumbuhkan mental pengusaha. Selain melestarikan kebudayaan, tenun NTT juga dapat meningkatkan perekonomian para penenun.

"Seringkali kelemahan kita adalah, mama mama ini mentalnya hanya penenun, belum ada mental entrepreneur (pengusaha). Kami maunya penenun mental pengusaha," ujar Julie dalam diskusi Harmoni Budaya Indonesia DPP Partai NasDem dengan tema 'Fashion dan Ruang Publik', secara daring, Rabu (21/9).

Legislator NasDem dari Dapil NTT I (Alor, Lembata, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Manggarai Timur, Manggarai Barat, dan Nagekeo) itu mengatakan, NTT sangat kaya akan motif tenun tradisional. Dari 22 kabupaten/kota di NTT terdapat 737 motif tenun yang masih ada hingga kini.

Tenun NTT, imbuh Julie, sudah sangat melekat dalam diri masyarakat. Kelestarian tenun dan motifnya harus tetap dijaga hingga kapanpun.

"Bukan hanya untuk dijual, tetapi sudah menjadi budaya. Orang suka, duka, orang meninggal, maskawin, tenun itu dibutuhkan," imbuh Ketua Dekranasda NTT tersebut.

Untuk itu, seluruh motif tenun NTT sudah didaftarkan ke HAKI untuk dipatenkan. Hal itu, jelas Julie, untuk melindungi tenun dan motif tersebut tetap dimiliki masyarakat NTT.

"Saya takut suatu saat budaya itu punah, tidak lagi jadi kekayaan intelektual kita, lalu perekonomian mama-mama penenun akan mati. Tolong diinfokan ke semua pihak, karena saya masih sering melihat ajang fashion show nasional masih pakai printing tenun NTT," tegasnya.

Julie juga mengatakan, terdapat dua tantangan dalam pengembangan tenun NTT demi kesejahteraan penenun. Pertama ialah maraknya sistem printing/cetak dan kedua adalah masalah harga tenun NTT yang masih tinggi.

"Tenun kita kan asli handmade. Sekarang ini kan banyak motif tenun NTT itu diprinting. Ini bisa mematikan tenun handmade," tambahnya.

Terkait harga, menurut Julie, untuk tenun dengan penggunaan benang kapas asli dan motif yang sulit memang masih sangat mahal. Namun dari ratusan motif itu, ada juga yang bisa menggunakan benang sintetis yang harganya lebih terjangkau.

"Kalau motif, kita larang untuk diubah. Tapi kalau soal warna kita bisa sesuaikan dengan pasar," jelas anggota Komisi IV DPR itu.(dis/*)

Share: